![]() |
Korban putri Papua (Naomi) masuk saat gubernur Papua Sedang berbicara di Asrama Papua Kamasan I Jogja, depan ratusan orang Papua yang sedang menyaksikannya, 04/08/2016. Gambar: Doc WANI |
Naomi Aim, 16, pelajar dari Papua, menjadi salah satu korban tindakan represif aparat. Mengendarai sepeda motor Yamaha RX King dari Maguwoharjo, Sleman, ia dihentikan polisi. Naomi hendak ke Asrama Mahasiswa Papua Kamasan I, Jalan Kusumanegara, Kota Yogyakarta, untuk ikut berdialog dengan Gubernur Papua Lukas Enembe.
Baca juga:
Naomi mengaku memakai helm saat berkendara. Meski begitu, dia tetap dicegat polisi di depan Kebun Binatang Gembiraloka.
"Saya mengerem tiba-tiba, lalu jatuh. Tapi tak langsung ditolong. Polisi malah memukuli saya. Alasannya, tak bawa helm. Padahal, helm saya jatuh menggelinding belum saya ambil," ujar Naomi saat ditemui di Asrama Mahasiswa Papua Kamasan I.
Berikut video korban putri Papua masuk saat gubernur Papua Sedang bicara yang diunggah oleh channel YouTube Angin Selatan:
***
Naomi mengalami luka di kaki
dan tangan. Bahkan, Naomi mengaku mukanya sempat ditendang polisi.
Motornya ditahan polisi dan dia harus berjalan kaki ke asrama yang
jaraknya sekitar satu kilometer.
Tiba di Asrama Papua, Naomi menangis di tengah dialog antara mahasiswa dengan Gubernur Enembe.
Alfeus Asso, mahasiswa Papua, mengatakan polisi juga melakukan sweeping di sejumlah lokasi. Ia mengaku sempat akan ditangkap polisi saat berada di belakang asrama.
"Saya sempat mau ditangkap. Karena bawa motor, saya cepat pergi. Tangan saya sempat ditarik (polisi)," ujarnya.
Enembe
mengaku melihat langsung bagaimana polisi menjalankan sweeping. Sebelum
ke asrama, rombongan Enembe juga sempat dihalangi polisi.
"Pernyataan Polda (DIY) kepada DPR Papua bahwa akan memberi jaminan keamanan, ternyata tidak benar. Tadi saya melihat aparat menghalangi mahasiswa Papua di jalan," ujar dia.
Ia menegaskan mahasiswa Papua sebagai warga negara berhak hidup di mana saja. Semua warga negara Indonesia, lanjut Enembe, memiliki hak yang sama untuk hidup tanpa tekanan dan intimidasi dari sudut mana pun.
"Dia (Sultan) jamin, 'Semua orang aman di sini'," ujar Enembe menirukan pernyataan Sultan.
Kepala Bidang Humas Polda DIY, AKBP Anny Pudjiastuti, membantah jika polisi melakukan kekerasan. Menurutnya, aparat telah menegakkan hukum tanpa pandang bulu. "Teman-teman media jangan membesar-besarkan," ujar Anny.
"Saya mengerem tiba-tiba, lalu jatuh. Tapi tak langsung ditolong. Polisi malah memukuli saya. Alasannya, tak bawa helm. Padahal, helm saya jatuh menggelinding belum saya ambil," ujar Naomi saat ditemui di Asrama Mahasiswa Papua Kamasan I.
Berikut video korban putri Papua masuk saat gubernur Papua Sedang bicara yang diunggah oleh channel YouTube Angin Selatan:
VIDEO 1
-----------------
-----------------
VIDEO2
-----------------
-----------------
***
Tiba di Asrama Papua, Naomi menangis di tengah dialog antara mahasiswa dengan Gubernur Enembe.
Alfeus Asso, mahasiswa Papua, mengatakan polisi juga melakukan sweeping di sejumlah lokasi. Ia mengaku sempat akan ditangkap polisi saat berada di belakang asrama.
"Saya sempat mau ditangkap. Karena bawa motor, saya cepat pergi. Tangan saya sempat ditarik (polisi)," ujarnya.
![]() |
Gubernur Papua, Lukas Enembe menunjukkan dokumen laporan tindak kekerasan yang diterima mahasiswa Papua di Yogyakarta. Foto: Ahmad Mustaqim |
"Pernyataan Polda (DIY) kepada DPR Papua bahwa akan memberi jaminan keamanan, ternyata tidak benar. Tadi saya melihat aparat menghalangi mahasiswa Papua di jalan," ujar dia.
Ia menegaskan mahasiswa Papua sebagai warga negara berhak hidup di mana saja. Semua warga negara Indonesia, lanjut Enembe, memiliki hak yang sama untuk hidup tanpa tekanan dan intimidasi dari sudut mana pun.
Usai berdialog dengan mahasiswa, Gubernur Enembe berdialog secara tertutup dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, di Keraton Yogyakarta. Dari pertemuan itu, Sultan berjanji menjamin keamanan terhadap siapa pun di Yogyakarta, termasuk warga Papua.
"Dia (Sultan) jamin, 'Semua orang aman di sini'," ujar Enembe menirukan pernyataan Sultan.
Kepala Bidang Humas Polda DIY, AKBP Anny Pudjiastuti, membantah jika polisi melakukan kekerasan. Menurutnya, aparat telah menegakkan hukum tanpa pandang bulu. "Teman-teman media jangan membesar-besarkan," ujar Anny.
Copyright ©MetroTv News
Tanggapan anda, Silahkan beri KOMENTAR di bawa postingan ini...!!!