Masyarakat Papua sedang bertani. Foto: Ist |
Jayapura, Tabloid-WANI -- Ketua Ikatan Mahasiswa Papua (IMAPA) Bogor mengatakan konflik agraria memiliki dua bentuk yaitu perampasan tanah dengan cara kekerasan aparat dan perampasan dengan cara penjarahan.
Ketua IMAPA Bogor Yunus E Gobai menyatakan
"Selama ini saya pandangan mereka terkait isu agraria dinilai merugikan petani" ungkapnya.
Unsur-unsur yang terdapat dalam agraria seperti tanah, air dan udara adalah hal yang tak boleh di kuasai oleh segenlintir orang atau praktik mengkomersialisasikan aset kehidupan.
Masalah agraria kini menjadi ketimpangan sosial yang tak boleh didiamkan dan akan tetap bertahan bila gerakan-gerakan sosial tersendak atau hilang di tengah kekuasan kapitalis.
Baca: Mahasiswa Papua Mendesak agar Tambang Emas Ilegal yang Masih Beroperasi di Paniai Segera Ditutup
Diam dalam ketertindasan atau bangkit melawan penindasa merupakan sebuah kalimat yang kini harus teraktualkan dalam ketimpangan sosial yang semakin tak mengenal batas.
Keprihatinan mahasiswa akan nasib kaum tani bertepatan juga dengan Hari Tani Nasional.
Lanjut Gobai mengatakan "Saya menyoroti permasalahan yang dialami petani khususnya di Papua . Mereka beranggapan nasib petani tak kunjung jelas apalagi lahan-lahan produktif dialih fungsikan menjadi bentuk-bentuk lain" ujar Gobai.
Kesejahteraan adalah hak kita semua termasuk para petani yang nasibnya tak kunjung jelas saat ini. Lahan-lahan produktif mereka dihilangkan, diganti dengan bentuk lain, sangat memprihatinkan menurut kami.
Baca juga:
- Mahasiswa Papua Tolak Program Transmigrasi di Papua
- Mahasiswa: Baiknya Dinas P & K Provinsi Papua Menerapkan Kuriklum Pendidikan Kearifan Lokal Papua
Posted by: ERIK
Copyright ©Tabloid WANI